Berita InternasionalKabar Saudi

Jalan menuju Riyadh: Perjalanan heroik Raja Abdulaziz

Dalam catatan sejarah, hanya sedikit kisah yang beresonansi sedalam perjalanan luar biasa Raja Abdulaziz ke Riyadh. Pengembaraan bersejarah ini, yang dicatat dengan cermat oleh King Abdulaziz Foundation for Research and Archives (Darah), diberi judul “Jalan Menuju Riyadh.”


Narasi ini, dengan latar belakang wilayah yang terpecah-pecah, mengungkap kepemimpinan visioner Raja Abdulaziz dan upayanya yang tak pernah padam untuk menyatukan sebuah negara di bawah panji-panji agama, menjadikannya sebagai tempat perlindungan bagi umat Islam. Ini adalah bukti semangat gigih seorang pemimpin yang, dengan hanya 40 rekan setia, memulai perjalanan yang akan mengubah arah sejarah.

Saat kita mempelajari kisah epik ini, kita akan menjelajahi konteks dan keadaan yang membentuk takdir sebuah bangsa. Kita akan menyaksikan bagaimana tekad Raja Abdulaziz yang pantang menyerah tidak hanya membawa keamanan dan ketenangan, tapi juga kemakmuran yang langgeng bagi rakyatnya. Ini adalah kisah kelahiran kembali sebuah bangsa, dan ini dimulai dengan “Jalan Menuju Riyadh.”

Menurut sumber-sumber sejarah yang terdokumentasi dengan baik, Raja Abdulaziz, bersama dengan 40 orang anak buahnya, meninggalkan negara tetangga Kuwait pada bulan Rabi’ul Awal tahun 1319 Hijriah. Dia menuju Al-Ahsa dan, dengan kepemimpinannya yang cerdik, berhasil mengumpulkan 1.400 orang dalam perjalanan ke Riyadh.

Darah menjelaskan bahwa dia mengirim pengintai untuk mengumpulkan informasi saat dia menuju Riyadh. Pada saat dia mencapai wilayah “Harad,” di bulan Rajab, hanya 63 orang yang tersisa bersamanya. Tidak gentar, ia melanjutkan perjalanan ke wilayah “Yabrin”.

Raja Abdulaziz mencapai wilayah selatan yang dikenal sebagai “Pasir Jafura,” di mana dia menyembunyikan dirinya selama hampir 50 hari sebelum melanjutkan perjalanannya. Dia melakukan perjalanan selama bulan Ramadhan, beristirahat di “Ma’ al-Zonoqah,” “Sumur Wiseh,” “Sumur Harad,” dan “Mata Air Abu Jifan.”

Pada malam Idul Fitri, Raja AbdulAziz meninggalkan 23 orang dengan unta dan barang-barangnya di “Shuqayb Al-Dil,” sebelum menempatkan 33 orang yang dipimpin oleh Pangeran Mohammed bin Abdulrahman di luar tembok. Dia melanjutkan perjalanan dengan hanya 7 anak buahnya, menuju Riyadh. Ini terjadi pada malam hari keempat bulan Syawal.

Pangeran Mohammed bin Abdulrahman dan kelompoknya kemudian bergabung dengan Raja AbdulAziz, sehingga jumlahnya menjadi 40 orang. Pada pagi hari kelima bulan Syawal, Raja membuka gerbang Istana Al-Masmak dan pertempuran pun dimulai. Pertempuran itu berakhir dengan kematian Ajlan dan menyerahnya orang-orang yang bersamanya. Aturan tersebut dideklarasikan untuk Allah terlebih dahulu dan kemudian untuk Abdulaziz bin Abdulrahman Al Saud.

DSA

DSA

CHANNEL DSA adalah channel khusus berbagi info Career, Experience, Professional Examination, Job Vacancy, Tips & Trik Aman Bekerja di Timur Tengah | www.devisaudia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *