Opini

CATATAN PRIBADI KEHIDUPAN BERWARGA-NEGARA DI ARAB SAUDI

Tulisan tentang pengalaman pribadi selama di KSA (KINGDOM SAUDI ARABIA). Penuh khasanah dan sangat inspiratif. Tulisan ini didedikasikan untuk teman di Indonesia.

Dear Bu Wigati, Pak Benny, sesuai janji saya, saya buat tulisan tentang pengalaman saya tinggal di Saudi Arabia, beberapa hal yang membuat saya jadi tahu Islam yang sunnah. Tentunya ini hanya pengalaman pribadi dan sangat mungkin subjektif dan ini hanyalah sebagian kecil contoh saja. Jangan terlalu digeneralisasi dan diperdebatkan.

***

Assalamu Alaikum warohmatullohi Wabarokatuh
Tulisan ini saya buat bukan karena euforia kedatangan Raja Salman ke Indonesia, tapi mungkin sebagai renungan dan pengingat untuk saya, sebenarnya Islam seperti apakah yang rahmatan lil alamin itu …

Saya hanya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya selama hidup di KSA (Kingdom Saudi Arabia) dalam masa waktu 2008 – 2012. Semoga menjadi bahan pencerahan buat yang membacanya, seperti apakah sebenarnya KSA itu.

Sebenarnya sama sekali tidak ada pikiran atau niatan saya, untuk tinggal di KSA, sampai pada suatu saat saya mendapat tawaran kerja di Jeddah, KSA, sebagai seorang IT Manager di sebuah perusahaan FCMG/ Perusahaan yang cukup besar dan memiliki banyak kantor cabang di KSA. Waktu itu perasaaan saya biasa-biasa saja, seperti seorang yang mendapat pekerjaan di luar ngeri, gaji gede, bebas pajak, dan lain-lain. Hanya untuk perbaikan kehidupan, itu saja. Tidak lebih.

Saya sendiri bukanlah seorang yang sangat agamis, justru lebih cenderung moderat. Waktu itu saya tidak tahu apa itu Wahabi … Apa itu Sunnah, Syiah … Saya benar-benar buta soal itu, karena selama bekerja di Indonesia tidak ada pikiran tentang itu, yang saya tahu, sebagai muslim, ya sholat, puasa, zakat, haji, pengajian, zikir akbar dan sebagainya.

Dalam segala kebutaan soal-soal islami itu, saya berangkat ke KSA untuk bekerja, saya berangkat terlebih dahulu, keluarga menyusul setelah saya merasa settle di sana.

Selama tinggal di KSA, saya mulai merasakan ada sesuatu, ada sesuatu yang saya sendiri ngga tahu itu apa, yang kadang membuat saya terheran-heran, terpana, merenung tentang kehidupan Islami orang-orang Arab Saudi ini. Untuk lebih singkatnya saya akan buat menjadi beberapa point, di mana setiap point itu yang membuat saya berusaha menjadi seorang yang menjalankan sunnah. Walaupun prosesnya tidak serta merta, tetapi melalui pemahaman yang panjang, hidayah yang turun naik, saya menganalisa dari poin-poin pengalaman saya dihubungkan dengan dalil-dalil sunnah yang baru saya pelajari di kemudian hari.

Semoga cerita menjadi petunjuk untuk yang mengerti, seperti inilah kalau mau jadi kaya, baik dalam lingkup individu dan lingkup negara. Negara tandus yang diberkahi Allah Subhana Wata Ala, sudah sukup menjadi contoh dan bukti kebenaran akan janji Allah.

Orang Arab itu Bodoh dan Pemalas

Stigma ini sudah saya dengar sejak lama, itu juga yang jadi pegangan saya waktu berangkat, makanya kenapa banyak tenaga kerja asing, karena mereka malas-malas. Katanya, “Geblek, ngeyel, susah dan lainnya,” sampai saya melihat sendiri betapa santai dan malasnya mereka. Jam 9 masuk kerja, jam 10 sudah keluar kantor, ngopi-ngopi dulu, kerjaan bisa berhari-hari selesai, dan lain lain. Tapi …

Yang saya heran di dalam kemalasan dan santainya hidup mereka, tapi saat Dhuha dan Adzan Sholat berkumandang, mereka bergegas untuk pergi ke Masjid. Tidak ada kompromi. Walaupan sedang rapat / meeting, mengerjakan sesuatu. Pokoknya tidak ada tawar menawar. Saat waktu sholat, orang-orang arab sudah menghilang. Hanya satu atau dua pekerja yang tinggal di kantor dan kebanyakan mereka bukan orang Arab, seperti India, Pakistan, Philipina

Dari renungan saya, ternyata …

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada diduga-duga …” – (Al Qur’an Surat At-Thalaaq ayat 2-3)

Pekerjaan bukanlah sesuatu yang utama buat mereka, mereka sangat meyakini sekali rezeki itu dari Allah. Kadang bekerja itu buat mereka hanyalah sesuatu yang dilakukan untuk menunggu waktu sholat, sangat kental sekali bagaimana mereka itu benar-benar mengutamakan sholat.

Kenapa Arab Saudi, negeri gurun tandus, kering, tetapi penduduknya kaya-kaya semua? Hidup mereka sangat terjamin, walaupun mereka tidak memiliki skill yang tinggi, pekerjaan yang biasa-biasa saja, tapi tetap saja hidup mereka lebih baik.

Bicara soal kekayaan alam, seperti minyak bumi, negeri (Indonesia) kita juga ada minyak, emas, batubara, hutan, kayu, hujan, pertanian, tetapi kenapa orang-orang Arab Saudi ini tetap lebih kaya, hidup lebih santai, dari mana mereka dapat uang? Aneh kan?

Bandingkan dengan kita di Indonesia, semua orang bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang, berangkat kerja pagi-pagi buta, malah ada yang baru Adzan Sholat Subuh sudah berangkat. Semata-mata hanya untuk mengejar rezeki. Orang-orang arab ini, tidak harus berangkat kerja subuh, subuh waktunya sholat, jadi kadang mereka tertawa kalau saya cerita di Jakarta, banyak orang yang sudah jalan kerja lepas subuh.

Di sini saya semakin penasaran, apa sih sebenarnya rahasia hidup mereka?

Di balik santainya mereka, yang kita sebut malas, ternyata mereka adalah orang-orang bertaqwa. Pemerintahnya juga pemerintah yang bertaqwa, mejalankan hukum-hukum syariah. Bayangkan orang yang bertaqwa saja akan mendapatkan rezeki yang tak terduga, bagaimana kalau pemerintahan yang bertaqwa? Rezeki bangsa lebih banyak dan tak terduga.

Siapa yang menduga, Arab Saudi bisa punya banyak minyak? Yang menemukan minyak juga orang Amerika di sana, bukan Arab. Yang susah payah cari minyak itu orang-orang kafir, si Muslim bertaqwa ini hanya menikmati hasilnya … hebat bukan? Saya rasa ini janji Allah sesuai surat di atas.

Nah, kalau ada minyak pasti ada uang, uang yang sangat banyak, uang nya untuk siapa? Ya untuk penguasa Arab ya? Tapi alhamdulillah, karena penguasa Arab ini (Keluarga Saud) adalah orang-orang yang sangat menghormati Ulama, pengelolaan uang di atur sesuai hukum syariah. Ada zakat, tidak ada pajak, ada tunjangan untuk rakyat miskin, pembangunan Masjid Haram, dan semakin mudahlah rakyat mereka mendapatkan uang. Dari uang ini juga, Umat Islam memiliki tempat ibadah suci yang paling moderen di dunia, bandingkan dengan tempat suci agama-agama lain.

Arab Saudi sangat melindungi warga aslinya. Gaji pegawai negeri minimal 8000 riyal untuk tingkatan paling rendah, gaji standar guru biasa bisa dua kali lipatnya. Saya pernah tanya petugas telkom yang benerin kabel di depan apartemen saya, orang Saudi, saya tanya gajinya … Dia bilang, “Gaji saya kecil, cuma 8000 riyal …” Weleh! Untuk seorang pengangguran warga Saudi asli, akan mendapat tunjangan 3000 – 4000 riyal tergantung kondisi mereka, punya anak atau tidak. Asal tahu saja, standar gaji pembantu indonesia itu 800 riyal (sebenarnya 1500, tapi dipotong asuransi dll). Jadi bisa bayangkan tidak, seorang pengangguran di Aarb Saudi bisa dan mampu membayar pembantu.

Kembali ke masalah kerja, saya merasa ada yang salah dengan kehidupan kita. Berangkat pagi-pagi subuh tapi rezeki kok cuma segitu-segitu aja … Kenapa?

Saya membaca buku Satanic Finance, tulisan A Riawan Amin, mantan Direktur Bank Muammalat. Mungkin bisa membuka pikiran kita, dari buku ini saya baru menyadari “Riba/interest/Bunga” akan mengakibatkan “Orang-orang akan bekerja lebih keras, lebih giat, karena mereka harus mendapatkan uang lebih untuk membayar bunga hutang-hutang mereka”.

Bisa kita bayangkan, di Indonesa, suami kerja, istri kerja, berangkat pagi-pagi, bermacet-macet dimotor, berjejal-jejal di KRL dan Busway, untuk apa? Hanya untuk mendapatkan uang untuk membayar cicilan rumah, cicilan mobil, asuransi, kartu kredit, dan hutang-hutang lainnya. Bertahun-tahun mereka melakukan itu supaya lunas, tapi apakah seperti itu tujuan hidup kita? Setelah hutang lunas, kita terkena sakit, tua dan akhirnya di wariskan, syukur kalau sudah lunas, kalau belum, kasihan anak-anak kita …

Itulah jahatnya riba! Saya baru mengerti kenapa Allah sangat mengharamkan riba, dosa besar!

Di Arab Saudi, praktik riba sangat dilarang, baik di bank-bank maupun di tempat lain. Mereka memang menawarkan juga kredit-kredit untuk rumah dan lain-lain, tapi tetap dalam koridor syariah yang murni. Saya pernah mendengar berita ada sebuah bank asing, ketahuan melakukan praktik riba, oleh Pemerintah Saudi bank tersebut ditutup selama 2 bulan, untuk dilakukan audit dan pemeriksaan, dan mereka memberikan denda sebagi sanksi. Begitulah cara Pemerintah Saudi melindungi rakyatnya agar tetap Syar’i.

Di Indonesia? Ngga usah warganya, pemerintahnya saja sudah banyak hutang dan ribanya harus di bayar bertahun tahun … Gimana mau jadi thoyibatun marobun gofur?

Surga di Telapak Kaki ibu

Orang Arab itu bodoh … !!! Itu stigma yang saya dapat sebelumnya. Poin ini juga yang membuat saya terbuka hati dan iman saya mengenal rahasia hidup sunnah. Sebagai seorang manajer, saya tentunya mempunyai beberapa orang staff. Ada orang Yaman, India, tentu juga ada orang Arab. Tentunya yang saya ceritakan adalah staf yang orang Arab ini. Masih muda, tinggal bersama orang tuanya. Suatu hari dia tidak masuk, tanpa kabar yang jelas. Padahal saya perlu dia. Kemudian saya telpon dia untuk menanyakan kenapa dia tidak masuk hari ini. Dia bilang badannya agak kurang sehat. Tapi dia menjelaskan walaupun kurang sehat sebenarnya masih kuat untuk ke kantor. So, saya bilang kenapa ngga ke kantor saja? Saya perlu kamu! Agak kesal juga saya mendengarnya (Dasar Arab males!)

Dengan sangat sopan tapi yakin dia menjawab, tidak di izinkan oleh “Ibunya”. WOW! Makin kesel saya, agak sedikit mengancam saya memaksa dia untuk masuk. Dan ini jawaban anak Arab itu yang membuat saya terpana, “Malis Mudir” (Maaf Boss), saya lebih baik dipecat sama anda, daripada saya melawan keinginan ibu saya, beliau memaksa saya untuk istirahat dan tidak berangkat, buat apa kerja kalau tidak didoakan ibu saya?”

PLAK! Serasa ditampar muka saya. Ummi is everything, ummi is the boss. Hanya orang yang beriman tinggi yang meyakini sunnah dan hukum Allah yang berani bicara seperti ini. Dia masih jauh lebih muda dari saya. Allahu akbar! Saya jadi ingat sama ibu saya. Kalau kita di Indonesa, permintaan ibu seperti itu tidak akan kita anggap, malah kita akan memarahi ibu kita, atau protes atau menentang nya, “Kalo ibu larang, saya pasti dipecat dong bu … ” atau semacam nya … Masya Allah.

Anak muda Arab ini sangat yakin, bahwa doa ibunya lah yang akan bisa menyelamatkan dia, bukan si Boss di kantor.

Kadang dari sudut pandang orang sekuler, menuruti keinginan ibu yang ngga jelas itu adalah suatu kebodohan. Ya kebodohan. Seperti bayangan saya terhadap anak Arab itu, bego banget sih? Setelah sekian tahun saya menyadari, ternyata kebodohan yang fatal sebenarnya adalah melawan dan menyakiti ibu. Banyak anak-anak zaman sekarang yang hidupnya hancur, berantakan, karena melawan dan menyakiti ibunya, atau ibunya tidak mampu mendoakan anak-anaknya, karena buta agama.

Di Arab, saya bisa melihat begitu besar bakti anak kepada ibunya. Pada saat umroh, saya pernah melihat seorang laki-laki yang mendorong ibunya dengan kursi roda melawan arus jalan orang yang ramai. Laki-laki itu di marahi oleh orang-orang yang lewat, tapi dia tetap tidak peduli. Dia hanya ingin menuruti keinginan ibunya untuk didorong ke arah yang berlawanan. Demi seorang ibu, dia ikhlas dimarahi orang-orang, yang penting keinginan ibunya terpenuhi … Masya Allah.

Kotak Amal?

Di Indonesia, kalau kita Sholat Jum’at, atau ada majelis dan lainnya, pasti didedarkan sebuah kotak. Kotak yang ada lubangnya seperti celengan, itulah kotak amal. Pertama kali saya jumatan di sebuah Masjid di Jeddah, saya juga berpikir akan mengalami hal yang sama. Saya sudah menyiapkan beberapa lembar uang Riyal untuk saya masukkan nantinya ke kotak amal. Setelah Sholat Jjumat, saya baru sadar ternyata tidak ada kotak amal, padahal saya sudah niat sedekah. Saya clingak-clinguk (Baca : “Kebingungan”) mencari kotak, tapi sama sekali tidak ada.

Alhasil, saya bertanya kepada seorang jama’ah Arab, “Saya mau sedekah ke masjid”, dia sambil tersenyum menjelaskan, “Ngga perlu, masjid-masjid di sini sudah ditanggung operasionalnya oleh orang-orang kaya arab. Mereka tidak perlu lagi meminta uang ke jama’ah. Kalaupun ada malah masjid yang memberi uang kepada jama’ah yang membutuhkan. Jadi, mesjid di sana biasanya menjadi tempat mengadu dan tempat memohoh bantuan. Dan menurut mereka, untuk ukuran pekerja asing seperti kita, kita tidak diwajibkan bayar zakat, malah harusnya diberi infaq dan sedekah.” Bayangkan, kita ini orang-orang asing yang harus diberi sedekah, karena yang “berhak” memberi sedekah dan zakat adalah orang Arab si tuan rumah. WOW!!!

Ulama-ulama pun, kehidupannya dijamin oleh pemerintah. Tidak harus menerima dari jama’ah. Jadi, tugas mereka penuh hanya untuk mendidik rakyat dan ummat untuk menjadi muslim yang sunnah dan syarii..

Alhamdulillah Kebanjiran dan Kecopetan

Orang Arab yang aneh … Mungkin kita berpikir seperti itu.
Salah satu ke-Ihsan-an yang tinggi adalah menyikapi musibah dengan bersyukur (ini saya dapat dari salah satu Ustadz Sunnah di Jakarta baru-baru ini). Saya benar-benar mengalami hal di atas saat dulu waktu di Arab dan belum menyadari ilmu ini. Saat itu saya ingat banjir besar di Jeddah, tahun 2011 awal. Beberapa rumah dan apartement terendam banjir, mobil-mobil terbawa arus, buat mereka ini sesuatu yang luar biasa.

Salah satu orang Arab kenalan saya, rumahnya juga hancur terendam banjir. Sebagai teman, saya ingin menyampaikan keprihatinan saya. Yang saya heran, dia hanya mengucapkan ‘Alhamdulillah, Alhamdulillah’, berulang-ulang. Waktu saya berpikir apa mungkin dia menjadi stress ya? Aneh juga …

Kejadian kedua, saat istri saya mengalami musibah kecopetan.
Karena yang hilang adalah surat-surat penting, seperti ID-Card maka kami harus melaporkan ke Polisi. Setelah membuat laporan di hadapan Kepala Polisi tersebut hanya mengatakan, ‘Alhamdulillah, Alhamdulillah’. Saya masih belum mengerti apa maksudnya. Istri saya juga, dia menjadi kesal karena kita mendapat musibah kok dia malah bilang Alhamdulillah …

Ya begitulah. Cara-cara islami orang Arab dalam mensikapi musibah. Mereka selalu menunjukan dengan rasa syukur bukan minta dikasihani dan berlarut larut dalam kesedihan.

Doa untuk Jenazah

Beberapa kali saya mendatangi kerabat yng meninggal di Arab. Pernah orang indonesia, pernah juga orang Arab. Jarang sekali saya dapati, ada jenazah disemayamkan di rumah. Prosesi pemandian, pengkafanan tidak dilakukan di rumah / apartemen. Tapi di tempat khusus. Kemudian langsung dibawa ke masjid untuk di sholatkan, lalu dimakamkan. Untuk beberapa orang Arab yang khusus, ada yang sengaja dibawa ke Masjidil Haram untuk disholatkan di sana. Kebetulan ada orang tua pemilik perusahaan tempat saya bekerja meninggal dan kami turut pergi ke Mekkah untuk mensholatkan orang tua beliau di Masjidil Haram.

Pada waktu sholat, ternyata ada beberapa jenazah lain yang akan disholatkan juga di depan ka’bah. Yang menarik pada waktu jenazah akan diletakkan di depan Ka’bah, ratusan jama’ah berebutan untuk mengusung jenazah-jenazah tersebut. Kita tidak mengenal siapa mereka dan merekapun tidak mengenal siapa jenazah yang mereka usung. Saya merasa agak aneh, saya pikir mereka bagian dari keluarga, ternyata tidak. Mereka berebutan satu sama lain untuk memegang tandu jenazah untuk dibawa ke depan Ka’bah. Setelah saya tanyakan kenapa seperti itu, teman saya menjelaskan, pahala mengusung jenazah itu sangat besar apalagi kalau jenazah orang mulia dan ini kita berada di Masjid Haram, pahalanya akan dilipatkan lebih besar lagi. (Ini yang tidak ada di indonesia, kalau perlu kita bayar orang untuk mengusung jenazah keluarga kita, soalnya berat).

Satu hal lagi yang menarik pada prosesi pemakaman, setelah jenazah dikuburkan, jama’ah diperkenankan berdoa, tetapi mereka menekankan dengan tegas, berdoa menghadap kiblat, tidak menghadap ke kuburan.

Jadi, semua orang yang ada di kuburan, berdiri ditempat masing-masing. Berdoa menghadap kiblat, tidak seperti di Indonesia. Kita berdoa di sekeliling kuburan mayit. Mereka sangat mengingatkan hal ini, terkait dengan kemungkinan adanya unsur syirik, kalau berdoa menghadap kuburan. Subhanallah …

Kesetaraan Gender, Family Country

Hak-hak perempuan sangat rendah di Saudi Arabia, itu yang sering kita dengar. Termasuk pemahaman saya juga saat itu, karena di Saudi, wanita tidak boleh menyetir, tidak boleh ke kuburan, dan lain-lain.

Hal itulah yang dibesar-besarkan oleh media barat dan pembela HAM. Padahal kalau mau dipahami lebih dalam, kenapa mereka memperlakukan seperti itu? Karena perempuan adalah mahluk “Mulia”, yang harus dilindungi, dilayani, didahulukan, dihormati. Sebagaimana perempuan sebenarnya. Mereka tidak perlu bekerja mencari nafkah (Janda-janda disantuni pemerintah). Tidak perlu antri, kalau ada perempuan mereka didulukan, yang laki-laki harus ngalah.

Beberapa pengalaman terkait masalah ini :

1. Pintu Mall yang utama hanya boleh dimasuki oleh perempuan dan keluarga, untuk single laki-laki tidak boleh lewat pintu utama, harus lewat pintu samping yang jauh.

2. Dalam urusan antri, golongan yang paling sial adalah para lelaki. Mereka harus mengalah dan mundur ke belakang kalau ada perempuan. Dalam beberapa situasi biasanya ada antrian khusus perempuan, dan biasanya mereka dilayani lebih cepat dibandingkan antrian laki-laki. Makanya kalau di Mc Donald, Al Baik, saya biasanya ajak istri saya, biar dia saja yang antri …

3. Dalam situasi apapun, perempuan selalu dibenarkan, walaupun mungkin membuat kesalahan. Kalau ada masalah atau apapun, yang akan diminta tanggung jawab adalah laki-laki. Saya pernah melihat, seorang perempuan menyebrang sembarangan dan mendadak, menyebabkan mobil yang lewat menginjak rem sekuat-kuatnya, sehingga hampir terjadi kecelakaan, tetap, polisi tidak akan menyalahkan perempuan.

4. Perempuan dan keluarga adalah segalanya. Kalau kita bepergian, kalau di indonesia, perempuan dan lelaki dalam satu mobil tidak akan menjadi masalah. Beda di Saudi Arabia. Kalian akan dituduh zina, kecuali bisa membuktikan anda suami istri. Beda ceritanya kalau Anda berdua di mobil dan di dalamnya ada anak-anak, berarti anda adalah keluarga. Untuk keluarga siapapun tidak bisa/berani menganggu, baik polisi, keamanan, keluarga selalu diutamakan. Mereka didahulukan dimana saja. Di restoran ada tempat untuk Family / Women dan Man (mereka dipisah antara bujangan, family/women). Buat yang masih bujangan, harus siap mental untuk dike-belangkang-kan, dipinggirkan, dan dicurigai. Makanya cepat nikah …

Tingkat Keamanan yang Tinggi

Saudi Arabia, walaupun terdapat jutaan pekerja Asing, dari tukang sampah sampai direktur, pemerintahnya sangat melindungi dan mendahulukan rakyatnya daripada kita para pendatang ini.

Dalam beberapa urusan administrasi kependudukan, antrian akan selalu dibedakan antara orang asing dan warga negara Arab. Sangat jelas, antrian penduduk Arab asli akan didahulukan. (Beda dengan indonesia, China-china dan bule kaya diduluin, pribumi ngalah)

Belum lagi mengenai KTP untuk orang Asing (Iqomah), Saudi Arabia memiliki system online yang canggih untuk membuat orang asing tidak berkutik dan macam-macam. Karena data Iqomah kita langsung online ke data biometrik di imigrasi (Sidik Jari, kornea mata) dan apabila kita bikin SIM, data akan terhubung langsung.

Saya ada contoh, teman saya orang India, dia pernah melakukan pelanggaran lalu lintas dan kena tilang, tapi tilangnya dia tidak bayar-bayar. Pada saat dia ingin cuti pulang ke negaranya, di imigrasi tidak dikasih keluar, dia harus bayar denda 2000 riyal. Karena data tilangnya muncul di imigrasi. Itu baru data pelanggaran lalu-lintas, lalu bagaimana dengan data pelanggaran hukum lainnya, seperti berkelahi, mencuri dan lainnya? Pasti tercatat secara online. Kalau sudah berat, biasanya orang asing sudah tidak bisa masuk lagi ke Saudi dan data orang ini juga bisa dicek di seluruh negara-negara teluk, karena sistem informasi mereka saling terhubung. Walaupun mengganti nama di passport, tetap bisa dilacak dari sidik jarinya.

Contoh berikutnya adalah saya sendiri, waktu proses pembuatan SIM mobil di Saudi Arabia, setelah mengikut testing, pada waktu pembuatan SIM tidak ada proses foto, jadi saya berpikir di SIM itu tidak ada fotonya. Setelah SIM nya jadi, saya liat ada foto saya, saya heran kapan saya fotonya? Setelah saya amati dengan seksama, foto itu adalah foto saya waktu masuk pertama kali ke Arab Saudi, foto itu dibuat di imigrasi. Jadi, saya berkesimpulan data imgrasi saya langsung terhubung ke data SIM saya.

Bandingkan dengan indonesia, orang asing bisa bebas melakukan apa saja. Menipu, mabok, buka warung, jualan narkoba, tanpa ada catatan di imigrasi. Mereka bisa bebas kabur begitu saja dan masuk lagi tanpa hambatan, apalagi sekarang banyak juga yang bisa bikin KTP palsu …

Tidak Ada Gading yang Tak Retak

Sebaik-baiknya sesuatu pasti ada kurangnya juga. Di sana juga ada Abu Lahab dan Abu jahal, di samping ada orang-orang baik hati. Ada polisi korup, ada tukang tipu dan sejenisnya. Sama dengan Indonesia atau negara lainnya. Jadi saya anggap, kalau suatu kejelekan atau aib itu bisa terjadi dimana saja.

Cerita ini saya tulis bukan untuk menjadi ajang perdebatan, tetapi saya berharap menjadi sumber inspirasi betapa negara yang berdasarkan Syariat Islam murni adalah tempat terbaik sesuai janji Allah. Tentunya tidak lepas dari keterbatasan ilmu dan wawasan, semua ini murni pengalaman pribadi dan tidak untuk merendahkan atau menjelek-jelekan siapapun.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya kalau ada kesalahan kata-kata

Wassalamualaikum Warohmatullohiwabarokatuh.

Ridwan

– Proses hidayah menjadi sunah tidak sebentar –

[Dipublish ulang dengan beberapa perbaikan penulisan]

DSA

DSA

CHANNEL DSA adalah channel khusus berbagi info Career, Experience, Professional Examination, Job Vacancy, Tips & Trik Aman Bekerja di Timur Tengah | www.devisaudia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *