HikmahIslam StoryOpini

Permainan Takdir

Yusuf عليه السلام tidak pernah menyangka bahwa mimpinya melihat 11 bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya menjadi awal dimulainya sebuah cerita yang tertulis rapi dalam Al Quran.

Cerita tentang pemufakatan jahat saudara-saudara Yusuf yang akan membuangnya jauh tanpa sepengetahuan keluarga telah membuat kehidupannya penuh dengan derita, dinamika bahkan air mata.

Betapa tidak, anak kesayangan nabi Yaqub عليه السلام tersebut harus terpisah dengan keluarga karena takwil mimpinya menjadi kenyataan. Yaqub عليه السلام yang penuh dengan kelembutan telah mengingatkan Yusuf untuk tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya.

Sebagai seorang ayah dan Nabi, Yaqub عليه السلام tahu takwil dibalik mimpi anak kesayangannya itu, karena selain berkaitan dengan kehidupan Yusuf عليه السلام dimasa yang akan datang, juga berkaitan dengan proses takdir yang akan dilalui dalam rentang usianya.
 
Kebenaran mimpi Yusuf عليه السلام digambarkan dalam Al Quran sebagai pelajaran sekaligus pengingat tentang dinamika kehidupan dan masa depan. Hidup yang dilukiskan dalam cerita tersebut dimulai dengan dibuangnya Yusuf عليه السلام kedalam sumur, kemudian diambil oleh pedagang yang melintas lalu dijual ke keluarga istana.

Setelah mendapat tempat yang baik, ujian pun datang mulai dari ujian tentang perempuan hingga ujian kekuasaan dimana Yusuf عليه السلام mendapatkan nikmat kekuasaan dari sumur dan penjara hingga singgasana istana yang megah.
 
Sadar atau tidak, beginilah kehidupan berproses. Nikmatnya hidup bukan hanya pada sukses yang kita raih dalam rentang usia yang kita miliki melainkan juga nikmat susah dari hidup itu sendiri. Lalu hidup itu untuk apa?

Pertanyaan ini akan tepat dijawab manakala kita telah melalui proses-proses dari kehidupan itu sendiri. Seiring waktu yang terus berkurang, rambut yang terus memutih dan otot yang melemah, manusia pada akhirnya akan kembali pada kebijaksanaan untuk mampu membedakan kebaikan dan keburukan, dunia dan akhirat serta bermanfaat dan tidak bermanfaat.

Pepatah Arab mengatakan,

“Sebodoh-bodoh manusia, jika mereka sudah tua maka mereka akan menjadi lebih bijak.”

Artinya bahwa dalam rentang waktu dewasa akhir atau menua, manusia telah menyadari tentang hidup dari proses-proses yang dialaminya. Pembelajaran dan tempaan mental bukanlah apa-apa jika pada akhirnya tidak membawa pada perbaikan dan ketakwaan.
 
Cerita tentang Yusuf عليه السلام barangkali terjadi dalam kehidupan kita saat ini menurut versi dan alur cerita yang berbeda, namun keyakinan bahwa ending yang dialami Yusuf عليه السلام juga manusia lainnya adalah sama.

Maka hal utama yang harus ada dalam diri kita adalah keyakinan bahwa Allah سبحانه و تعالى sebagai pengatur kehidupan telah menetapkan segalanya diatas apa yang kita ketahui selama ini. Mungkin doa bisa mengubah takdir namun tidak membuatnya menjadi mudah, lancar dan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
 
Saat kita merenung bahwa kegagalan yang kita alami karena faktor internal, boleh jadi itu cara Allah سبحانه و تعالى menaikkan kelas kita agar menjadi pribadi yang hebat, pun jika kita menganggap bahwa sukses yang kita alami sebagai bagian dari usaha yang kita lakukan maka boleh jadi itu cara Allah سبحانه و تعالى menguji kita dengan takdir yang DIA berlakukan.

Maka belajar dari kisah Yusuf عليه السلام, kita akan menemukan satu formula dimana kepemilikan dunia yang kita raih, kesuksesan hidup yang kita capai tentu tidak membuat kita takabur melainkan berserah diri dalam ketakwaan dan hidup dengan orang-orang yang sholeh.

Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN
Latest posts by Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN (see all)

Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN

Occupational Health Nurse (OHN) at Elaj Medical Company, Riyadh, Arab Saudi | Head of DSA Review Center | www.devisaudia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *