NursingOpini

Peluang dan Tantangan Perawat Bekerja di Saudi Arabia

Tahun berganti menjadi pengalaman akan kerja dan pencapaian diri, ada yang ilmunya meningkat, tabungannya bertambah serta persahabatan yang banyak. Itulah yang dialami oleh sebagian perawat Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia. Kenyataan bahwa lapangan kerja di dalam negeri yang terbatas membuat sebagian perawat mengambil keputusan mengubah nasib di tanah rantau, menjadi kembara di Eropa, Amerika, Timur Tengah bahkan Asia. Melihat kedalam, ada nyala harapan yang besar bagi perawat untuk mengambil peluang ke timur tengah karena kerjasama telah dimulai antara pemerintah Arab Saudi dan Indonesia dalam penempatan tenaga perawat yang di tanda tangani kemarin di Bali.

Kedatangan perawat baru memberi angin segar bagi terciptanya peluang perekrutan berikutnya, meski disadari bahwa peluang itu masih kecil, namun langkah pertama yang dilakukan sekiranya dapat mengubah sistem perekrutan atau membentuk visi kerja yang lebih memanusiakan pekerja. Adanya monopoli perekrutan dari negara tetangga seperti Philipine dan India sebagai pangsa pasar tenaga keperawatan yang handal di Saudi Arabia sedikit bergeser dengan adanya perawat Indonesia. Meski sebagian kecil memberi pengaruh namun kedua negara tersebut tetap mendominasi layanan kesehatan di Saudi Arabia.

Dimanapun selalu ada perawat Philipina dan India, tidak heran karena pengakuan akan legalitas dan sistem di negaranya membuat mereka maju dan berkompetisi di skala dunia. Kenyataan diatas bukanlah sesuatu yang membuat kita merasa kecil apalagi tersisih, justru di sebagian wilayah di Saudi, kita masih menemukan perawat Indonesia yang handal, terampil, cekatan bahkan telah menyandang predikat RN (Registered Nurse). Meski jumlah perawat luar biasa tersebut terbilang sedikit dibandingkan dengan yang lain, namun tidak membuat kita tereliminasi dari kompetisi tapi justru menjadi pendongkrak akan kekurangan yang ada.

Bekerja di Saudi Arabia tentu memiliki keunggulan serta kesulitan tersendiri bagi perawat, berbagai tes kompetensi seperti Prometric test adalah pintu masuk untuk diakui sekaligus legalitas dalam bekerja. Ujian berbasis internasional itu dilakukan oleh lembaga independen bernama Saudi Commision for Health Specialties (SCFHS) yang menggandeng prometric dan Pearson vue sebagai provider ujian. Pelaksanaan tes menggunakan sistem komputerisasi dengan jumlah soal disesuaikan berdasarkan kualifikasi pendidikan.

Pada kategori perawat, dibagi dalam 3 tingkatan yaitu Nurse Specialist, Nurse Technician dan Health Care Assistant. Adapun jumlah dan skor lulus berbeda-beda seperti Nurse Specialist yang harus mengerjakan 230 soal dengan passing grade 500 Point, kemudian Nurse Technician dengan 180 soal dan passing grade 45% serta Health Care Assistant dengan 100 soal dan passing grade 40%. Jika telah melewati passing grade yang telah ditentukan maka perawat dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar perawat yang teregistrasi atau RN di Saudi Arabia.

Proses ujian tentu tidak mudah apalagi harus mengulang kembali materi yang telah dipelajari. Sungguh sebuah tantangan berarti bagi perawat Indonesia untuk menjadi professional dan diakui di Saudi Arabia. Ada hal positif yang bisa diambil karena setelah lulus ujian, perawat memiliki nilai tawar dalam bekerja sekaligus menjangkau kesejahteraan finansial. Adapun proses ujian dapat memberi pengalaman akan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dari proses belajar di perguruan tinggi. Hal negatif, jika tidak lulus ujian, maka bersiap untuk pulang ke negara asal.

Profesional pasti akan dibayar layak, prosesnya memang keras, pesaingnya banyak, itulah pencapaian kualitas dan pengakuan kerja. Akan terasa sulit untuk menuju kearah itu bagi lulusan baru yang berfikir kedirian dan takut untuk masuk dalam sistem baru yang nantinya akan menguji sejauh mana kualitas yang ada. Tidak ada yang membuat perawat besar selain pilihan termasuk mencoba bekerja di luar negeri. Ajakan ini bukan semata-mata mendorong bahwa luar negeri adalah segalanya tapi ada hal lain yang bisa dilakukan di luar negeri seperti belajar sistem baru, memperbanyak sahabat dari berbagai negara, meningkatkan kesejahteraan dan menambah pengalaman terlebih kemampuan berkomunikasi dalam bahasa lain.

Tantangan terbesar kita adalah kompetisi antar profesi yang semakin menggila, tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Kualitas lulusan yang dihasilakan perguruan tinggi setidaknya menjadi penilaian akan eksistensi perawat di luar negeri. Jika telah berada dalam lingkungan kerja, maka dinamika lain pasti ada seperti dinamika pada atasan juga partner kerja. Merebut kepercayaan, simpati bahkan melakukan sesuatu demi mendapat pujian adalah hal biasa yang terjadi dalam dunia kerja.

Realita ini wajar terjadi tak terkecuali di Saudi Arabia, para perawat dari Philipina dan India tidak hanya bersaing dengan perawat lainnya tetapi juga dengan kawan mereka sendiri. Harus diakui jika mereka disiplin, pekerja keras, profesional dan tahu diri meski pimpinan lebih junior tetapi mereka menghormati segala aturan yang ditetapkan walaupun persaingan untuk mendapatkan kepercayaan terasa keras bahkan saling menjatuhkan.

Pernah suatu ketika dalam rujukan pasien ke rumah sakit di Riyadh, Perawat Philipina yang biasanya berbahasa Tagalog (bahasa ibu) ketika berkomunikasi dengan sesama Philipina harus merasa malu karena kawannya tidak melayani dengan bahasa mereka. Komunikasi dalam bahasa inggris pun terjadi meski raut muka terlihat masam. Ini menandakan bahwa profesionalitas dan sistem telah mengubah segalanya.

Pengalaman kerja memberi arti bagi perawat untuk untuk banyak belajar tentang sistem, kultur dan pengetahuan baru. Proses ini akan terus terjadi hingga dimasa-masa mendatang, dimana karir dan pendapatan yang baik akan kita raih. Bersabar dalam proses adalah kekuatan tersendiri sambil menyiapkan bekal untuk meraih yang belum ada. Saya selalu termenung ketika membaca cerita para senior keperawatan yang telah sukses bekerja di timur tengah. Meski dulunya keluar masuk kampung sebagai lulusan baru namun perlahan mengubah diri hingga meraih hasil yang maksimal termasuk kemampuan berbahasa juga pendapatan yang berlipat ganda.

Setidaknya kita butuh lompatan untuk kembali menegaskan tentang profesi dan kompetisi yang ada. Persaingan dengan segala bentuknya telah dan akan tetap terjadi hingga nantinya kita sadar bahwa untuk masuk dalam kompetisi itu juga memerlukan pengetahuan, kedisiplinan dan Networking. Diagnosa awal mengapa perawat kita terlihat lemah dalam bahasa menjadi isu lama yang tidak terbantahkan, tetapi sedikit yang memberi pencerahan bahwa kesanggupan berkomunikasi menjadi alat yang akan terus digunakan tetapi bisa dipelajari sebagai aset dalam bekerja.

Perlahan, tunas-tunas muda keperawatan mulai menemukan jalan dan passion-nya dengan mengikuti pelatihan dan belajar giat bagaimana bersaing dalam kompetisi global sekaligus mematahkan isu yang ada. Terlepas dari masalah yang ada tentu kepiawaian membangun sistem dan networking sangat dibutuhkan selain menambah pengetahuan dan meningkatkan kedisiplinan. Pemerintah telah memulai langkah menuju kearah perbaikan yang semakin baik, tentu keberadaan profesi ini harus dicintai sebagai sebuah organ yang tanpanya maka segalanya tidak hidup. Oleh karena itu maka karakter perawat kita harus dididik tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas tetapi juga kesanggupan bertahan pada proses memiliki dan menjadi sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai baru.

Sebagai profesi yang jumlahnya paling banyak maka perawat setidaknya bisa membangun nilai-nilai baru itu dengan dukungan dari pemerintah dan sektor lainnya seperti lembaga pendidikan dan pelatihan. Rumah besar keperawatan harus dirawat dari luar dan dalam dengan harapan:

Pertama, tidak ada kesenjangan antara pendidikan dan pendapatan karena keperawatan adalah disiplin ilmu yang menekankan pada keterampilan dengan masa kuliah yang lama yaitu 3-5 tahun.

Kedua, sistem harus diperbaharui dan birokrasi harus di reformasi dengan visi cepat dan tepat. Lemahnya koneksi bisa membuat rumah besar keperawatan itu kehilangan kesempatan untuk diperbaiki bahkan di renovasi. Saya menyakini bahwa profesionalisme dan nilai baru akan terbangun dengan adanya perbaikan-perbaikan secara berlanjut dan menyeluruh. Sebagai insan yang unggul kitapun harus menjadi generasi tangguh dan kuat. Pertarungan diri dan hantaman dari luar mungkin sedikit mengoyak tenun profesi namun proses untuk menjadi profesional yang handal akan tetap berlanjut dimanapun dan kapanpun.

Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN
Latest posts by Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN (see all)

Akhir Fahruddin S. Kep., MPH, RN

Occupational Health Nurse (OHN) at Elaj Medical Company, Riyadh, Arab Saudi | Head of DSA Review Center | www.devisaudia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *